Saudaraku tercinta, tahukah engkau siapakah tamu yang terkahir itu?
Apakah engkau tahu maksud kedatangannya? Apakah yang ia minta darimu?
Kapankah ia akan menemanimu? Dimanakah tamu istimewa itu akan
menjumpaimu? Apakah ada keluargamu yang mengetahui kedatangannya
kepadamu? Apakah sebelumnya ia membuat janji denganmu? Apakah engkau
mampu melarang kedatangan tamu itu?
Sesunggunya ia
datang kepadamu bukan menginginkan sesuatu dari hartamu yang melimpah,
bukan pula menginginkan istrimu yang tercinta, dan anak-anakmu yang
tersayang atau menikmati hidangan makanan lezat dan minuman menyegarkan
bersamamu, atau akan membantu menyelesaikan segala urusanmu atau
membutuhkan sesuatu darimu.
Sesungguhnya tamu ini
datang kepadamu untuk menunaikan tugas dan misi tertentu . dimana
engkau , maupun keluargamu, kerabat, rekan kerja dan teman setia serta
seluruh penduduk dimuka bumi ini tidak akan mampu menolak dan
menghalangi kedatangannya. Meskipun mereka berusaha sekuat tenaga untuk
mencegah dan mengahalaunya.
Andaikan engkau berdiam
diri di istana yang menjulang tinggi nan megah, berlindung dibalik
benteng yang sangat kokoh nan kuat, dikawal ribuan pasukan kusus,
niscaya engkau tak akan mampu mengahalangi tamu itu untuk masuk ketempat
persembunyianmu dimanapun dan kapanpun engkau berada.
Untuk masuk menemanimu, ia tidak perlu minta izin kepada ribuan pengawal
peribadimu, ia tidak menetapkan janji sebelumnya kepadamu. Ia tidak
memberitakan kedatangannya kepada siapapun dari kerabatmu. Ia bisa
datang kepadamu kapan saja, dimana saja, dan dalam keadaan apapun juga,
apakah engkau sedang berbuat taat atau bermaksiat, ketika engkau dalam
keadaan sehat atau sakit, ketika engkau kaya atau miskin, ketika engkau
sedang berada diperjalanan atau berada dikampung halaman, ketika umur
engkau menginjak usia muda atau renta, ketika engkau sendirian atau
berada dalam kawalan.
Tamu itu tidak punya hati yang
bisa dilunakan atau dibujuk, dimana kata-kata manismu, tangisan pilumu
teriakan dan permohonanmu tak akan bisa mempengaruhi kehendaknya
sedikitpun. Ia tak bisa menagguhkan waktu untuk memberikan kesempatan
kepadamu untuk bersiap-siap barang sesaatpun. Jika ia datang , tak ada
yang bisa melarang dan menghadangnya.
Ia juga tak mampu
menerima hadiah atau suap. Sebab, harta dunia in beserta isinya tidak
bernilai sedikitpun dimatanya. Engkau tidak akan bisa menghalangi maksud
dari kedatangannya itu. Ia hanya menginginkan dirimu… menginginkan
dirimu… menginginkan dirimu…bukan selain dirimu… bukan selain dirimu…
bukan selain dirimu. Ia menginginkan kamu seutuhnya bukan hanya
sebagiannya saja. Ia ingin menyudahi kehidupanmu dan mematikanmu didunia
yang fana ini. Ia ingin mencabut nyawamu, membinasakan jiwamu, dan
mematikan badanmu.
Tahukah engkau tamu itu? Ia adalah Malaikat Maut..!!!
Allah Swt, berfirman :
وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ ۖ وَيُرْسِلُ عَلَيْكُمْ حَفَظَةً
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ
لَا يُفَرِّطُونَ;
Artinya :
“Dan Dialah yang mempunyai
kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah
seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan
malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS.al-An’am
[6]:61)
Allah Swt, juga berfirman :
قُلْ يَتَوَفَّاكُم مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ
Artinya :
“Katakanlah: "Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)kalian
akan mematikan kalian, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan.”
(QS.as-Sajdah [32] : 11)
Mengingat Kematian
Mengingat mati merupakan obat mujarab untuk melembutkan hati
dan menghancurkan keserakahan terhadap dunia. Oleh karena itu,
Rosululloh Saw, mendorong umatnya untuk banyak mengingatnya.
Beliau Saw, bersabda :
“Perbanyaklah kalian mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian).” (HR.Tirmidzi dan Nasa’i)
Seyogyanya setiap muslim yang sehat maupun sedang sakit untuk
mengingat mati dengan hati dan lisannya, serta memperbanyak
mengingatnya hingga seakan-akan kematian di depan matanya. Karena dengan
itu semua akan menghalangi dan menghentikan seseorang dari berbuat
maksiat serta dapat mendorong untuk beramal kebajikan.
Siapa yang banyak mengingat mati, ia akan dimuliakan dengan tiga
perkara: bersegera untuk bertaubat, hati merasa cukup , dan semangat
dalam berbadah. Sebaliknya siapa yang melupakan mati ia akan dihukum
dengan tiga perkara: menunda taubat, tidak ridho dengan kenikmatan yang
Allah berikan kepadanya dan malas dalam berbadah. Maka berpikirlah,
wahai orang yang tertipu, yang tidak merasa akan dijemput kematian, yang
merasa tidak akan merasa kesulitan dan kesakitan saat detik-detik
kematian. Cukup kematian sebagai pengetuk hati yang membuat kita
menangis, memupus kelezatan dan menuntaskan angan-angan. Wahai anak
Adam, apakah engkau mau memikirkan dan mebayangkan datangnya hari
kematianmu dan perpindahanmu dari tempat hidupmu yang sekarang?
Seandainya kita mau memperhatikan sabda Rosululloh Saw, sungguh
ucapannya singkat dan ringkas, “Perbanyaklah kalian mengingat pemutus
kelezatan (kematian).” Namun padanya terkumpul peringatan yang sangat
mengena sebagai nasihat, orang yang benar-benar mengingat mati akan
merasa tiada artinya kelezatan dunia yang sedang dihadapinya, yang mana
hal ini akan menghalanginya untuk berangan-angan meraih dunia dimasa
mendatang. Sebaliknya ia akan bersikap zuhud terhadap dunia.
Kematian siap menjemput kita
Manusia dalam mengarungi kehidupan didunia ini tidaklah hidup
untuk selamanya. Akan datang masa dimana mereka berpisah dengan dunia
berikut isinya. Perpisahan itu terjadi saat kematian itu menjemput,
tanpa ada seorangpunyang dapat menghindar dan lari darinya. Meskipun ia
berada dalam istana yang kokoh, memiliki tubuh yang kuat lagi perkasa,
memiliki berbagai kedudukan penting didunia yang dana dan memiliki
segudang harta benda yang akan dijadikan sebagai tebusan bagi drinya.
Allah Swt, berfirman :
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ;
Artinya :
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu
dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya).
Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.”(QS.al-Anbiya’[21] :35)
Allah Swt, berfirman :
أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ
مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِندِ
اللَّهِ ۖ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُوا هَٰذِهِ مِنْ عِندِكَ ۚ
قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِندِ اللَّهِ ۖ فَمَالِ هَٰؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا
يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا;
Artinya :
“Di mana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam
benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan,
mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka
ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi
kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan sedikitpun?” (QS.an-Nisa’ [4]:78)
Kematian pasti akan
menyapa siapa saja, baik ia seorang yang sholih atau durhaka, seorang
yang turun kemedan perang atau duduk diam didalam rumahnya, seorang yang
menginginkan negeri akhirat yang kekal ataupun dunia yang fana, seorang
yang bersemangat meraih kebaikan ataupun yang lalai dan malas-malasan,
seorang yang masih berusia muda ataupun yang sudah usia renta, seorang
yang kaya raya atau miskin tiada guna, seorang pejabat negara atau
rakyat jelata , seorang pria atau wanita.
Semuanya akan menemui
kematian bila telah sampai ajalnya. Ketika kematian telah datang, tidak
ada seorangpun yang dapat mengelak dan menundanya.
Allah Swt, berfirman :
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن
دَابَّةٍ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُّسَمًّى ۖ فَإِذَا جَاءَ
أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ;
Artinya :
“Jikalau Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak
akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari makhluk yang melata,
tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan.
Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah
mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukannya.” (QS.An-Nahl [16]:61)
Allah Swt, juga berfirman :
وَلَن يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ;
Artinya :
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang
kamu kerjakan.”
(QS.al-Munafiqun [63]:11)
Detik-detik Sakaratul Maut
Saat seorang hamba akan berpisah dari kehidupan dunia yang
fana dan memasuki alam keabadian diakhirat, ia akan mengalami saat-saat
kritis yang sangat menyakitkan dan menyedihkan. Rasa sakit pada masa itu
melebihi seluruh rasa sakit yang pernah ia alami sebelumnya. Bahkan tak
seorangpun sanggup menahan kepedihannya, sehingga sulit diungkapkan
dengan kata-kata, ditulis dengan pena dan dilukiskan dengan akal pikiran
manusia. Kondisi ini disebut istilah sakaratul maut.
Imam Ar-Roghib Al-Asfahani rahimallah dan para ulama menjelaskan bahwa
istilah sakaratul maut diambil dari kata dasar sakara,yang berarti mabuk
atau kehilangan akal. Dalam bahasa arab , kata sakara paling banyak
digunakan untuk makna ‘mabuk karena meminum minuman keras’. Terkadang
juga digunakan dengan makna marah, rindu berat, mengantuk rasa sakit dan
pingsan karena beratnya rasa sakit.
Namun makna yang
tepat dengan sakaratul maut adalah pingsan karena beratnya rasa sakit.
Karena seorang hamba akan mengalami detik-detik menegangkan saat nyawa
akan dikeluarkan oleh malaikat maut dari jasadnya dan juga pada saat itu
orang yang mengalaminya akan berada dalam keadaan setengah sadar dan
setengah pingsan.
Kondisi sakaratul maut seperti inilah yang
diinginkan oleh manusia siapapun juga untuk senantiasa bisa lari dan
menghindar darinya. Meskipun pada hakikatnya mereka tidak bisa lari
ataupun mencegah saat sakaratul maut tiba dihadapan mereka.
Allah Swt, berfirman :
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۖ ذَٰلِكَ مَا كُنتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Artinya:
“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qof [50]: 19)
Allah Swt, Yang Maha Pengasih telah memberitahukan kepada
para hamba-Nya sebagai gambaran sakaratul maut yang akan dirasakan oleh
setiap orang, sebagaimana firmanya:
فَلَوْلَا إِذَا
بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ; وَأَنتُمْ حِينَئِذٍ تَنظُرُونَ; وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ; فَلَوْلَا إِن
كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ; فَلَوْلَا إِن كُنتُمْ غَيْرَ مَدِينِينَ;
تَرْجِعُونَهَا إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ;
Artinya :
“Maka mengapa
ketika nyawa sampai dikerongkongan. Padahal kalian ketika itu melihat,
dan kami lebih dekat kepadanya dari pada kalian, tetapi kalian tidak
melihat. Maka mengapa jika kalian tidak dikuasai (oleh Allah)? Kalian
tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kalian adalah
orang-orang yang benar?”( QS.al-Waqi’ah [56]: 83-87)
Allah Swt,
berfirman, ‘Maka ketika nyawa sampai ditenggorokan ‘, hal itu terjadi
tatkala sudah dekat waktu dicabutnya. ‘Padahal kalian ketika itu melihat
‘, dan menyaksikan apa yang dia rasakan karena sakaratul maut itu.
‘Sedangkan kami (para malaikat) lebih dekat terhadapnya (orang yang akan
meniggal) tersebut) daripada kalian, tetapi kalian tidak melihat mereka
(para malaikat). Maka Allah Swt, menyatakan : “Bila kalian tidak
menginginkan ruh itu tatkala sudah sampai ditenggorokan dan
menempatkannya (kembali) didalam jasadnya?”
Allah Swt, berfirman :
كَلَّا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ; وَقِيلَ مَنْ ۜ رَاقٍ; وَظَنَّ
أَنَّهُ الْفِرَاقُ; وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ; إِلَىٰ رَبِّكَ
يَوْمَئِذٍ الْمَسَاقُ;
Artinya :
“Sekali –kali jangan. Apabila
nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai kekerongkongan, dan dikatakan
(kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkanmu?” Dan dia yakin bahwa
sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia). Dan bertautanlah
betis( kiri) dan betis (kanan). Kepada Robbmulah pada hari itu kamu
dihalau.” (QS.al_Qiyamah [75]:26-30)
Ini adalah berita
dari Allah Swt, tentang keadaan orang yang sekarat dan tentang apa yang
dia rasakan berupa ketakutan serta rasa sakit yang dasyat.
(Mudah-mudahan Allah Swt, meneguhkan kita dengan ucapan uang teguh,
yaitu kalimat tauhid didunia dan akhirat). Allah Swt, mengabarkan
bahwasanya ruh akan dicabut dari jasadnya, hingga tatkala sampai
ditenggorokan, dia meminta tabib yang bisa mengobatinya. Siapa yang bisa
meruqyah? Kemudian, keadaan yang dasyat dan takut tersebut disusul oleh
keadaan yang lebih dasyat dan lebih menakutkan lagi (kecuali bagi orang
yang dirahmati Allah Swt), yaitu kedua betisnya bertautan, lalu
meniggal dunia. Kemudian dibungkus dengan kain kafan (setelah
dimandikan). Dan akhirnya mulailah manusia mempersiapakan penguburan
jasadnya, sedangkan para malaikat mempersiapkan ruhnya untuk dibawa
kelangit.
Wahai hamba Allah Swt, bayangkanlah saat-saat
sakaratul maut mendatangimu. Ayahmu yang penuh cinta berdiri disisimu.
Ibumu yang penuh kasih juga hadir. Demikian pula anak-anakmu yang besar
maupun kecil semua ada disekitarmu. Mereka memandangimu dengan pandangan
kasih sayang dan penuh kasihan. Air mata mereka tak henti mengalir
membasahi wajah-wajah mereka. Hati merekapun berselimut duka. Mereka
berharap dan berangan-angan, andai engkau bisa tetap tinggal bersama
mereka. Namun alangkah jauh dan mustahil ada seorang mahluk yang dapat
menambah umurmu atau mengembalikan ruhmu. Sesungguhnya Dzat yang memberi
kehidupan kepadamu, dia jugalah yang mencabut kehidupan tersebut.
Milik-Nya lah apa yang Dia ambil dan apa yang Dia berikan. Dan segala
sesuatu disisi-Nya memiliki ajal yang telah ditentukan.
Wahai hamba Allah Swt, sungguh ini kondisi yang sangat kritis dan
menyakitkan. Pada saat itu godaan setan mencapai puncaknya. Dengan
segenap kekuatannya ia akan mencurahkan seluruh kemampuannya untuk
mejerumuskan manusia agar tersesat dari jalan Allah, lalu mati di atas
kekafiran, kemunafikan, atau kemaksiatan.
Rosululloh Saw, bersabda :
“Sesungguhnya setan selalu mendatangi salah seorang diantara kalian
dalam setiap keadaan, hingga saat ia makan. Maka, apabila makanan salah
satu diantara kalian jatuh, maka hendaklah ia membersihkan kotoran yang
menempel padanya lalumemakannya, dan hendaklah ia tidak membiarkannya
dimakan oleh setan. Dan apabila ia telah menyelesaikan makananya,
hendaklah ia menjilati jari-jairnya, karena ia tidaak mengetahui pada
bagian manakah dari makannya yang mengandung berkah.”(HR.Muslim
Semoga aritkel diatas bisa bermanfaat dan mendorong kalian untuk selalu
menigkatkan ketakwaan kepada Allah Swt, dan tidak menjadikan dunia
yang fana ini sebagai tujuan terakhir dalam hidupnya. Aminnn…